Sinonim: kudis
Pemilik anjing atau kucing yang belum berpengalaman pada umumnya kurang menaruh perhatian apabila hewan kesayangan mereka menggaruk-garuk tubuhnya. Mereka mengira perbuatan menggaruk bagian tubuh adalah hal yang biasa dilakukan oleh anjing atau kucing. Biasanya, kalau sudah mulai terlihat kelainan pada kulit, misalnya bulu pada bagian yang digaruk menjadi gundul dan anjing atau kucing makin sering meggaruk bagian tubuhnya, barulah mereka mencurigai bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan hewan kesayangan mereka.
Reaksi menggaruk pada anjing atau kucing pada umumnya disebabkan oleh timbulnya rasa gatal. Penyebab rasa gatal ini tidak semuanya disebabkan oleh bakteri, jamur, atau parasit. Ada kalanya rasa gatal tersebut disebabkan oleh reaksi alergi karena makanan atau penyebab lain. Selain kegatalan yang disebabkan oleh bakterim jamur, atau parasit, perbuatan menggaruk terutama pada anjing dapat pula disebabkan oleh rasa jemu atau stress akibat sendirian, tidak dapat bermain misalnya karena selalu dikurung.
Untuk mengetahui penyebab anjing atau kucing menggaruk tubuhnya, sebaiknya kita membawa anjing atau kucing kita ke dokter hewan. Ada kemungkinan hewan kesayangan kita terserang kudis yang dapat menular kepada kita atau mereka yang suka bermain dengan mereka.
Pada scabies, rasa gatal ditimbulkan oleh bahan beracun yang diproduksi oleh tengau (mange), allergen (bahan yang menimbulkan allergi) yang dikeluarkan oleh tungau, dan reaksi mekanis oleh tungau itu sendiri. Pemeriksaan kerokan kulit pada daerah yang gatal atau mengalami kegundulan akan memberikan gambaran bagi dokter hewan sekiranya anjing atau kucing terserang scabies.
Scabies atau secara umum sering disebut sebagai kudis pada anjing dan kucing sangat mudah menular ke pemilih hewan kesayangan tersebut. Meskipun penyakit ini tidak bersifat parah, tetapi bagi penderita cukup mengganggu karena menimbulkan kegatalan dan mengurangi kecantikan akibat timbulnya bintik-bintik merah pada bagian kulit yang terserang. Scabies tidak hanya menyerang anjing dan kucing, tetapi dapat pula terjadi pada hewan lain seperti marmot, kelinci, babi, kerbau, kambing, dll.
Pada anjing, ada 2 (dua) macam kudis yang ditimbulkan oleh tengau. Yang pertama adalah scabies yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. canis pada anjing. Yang kedua adalah demodiocosis disebabkan oleh Demodex canis. Penyakit yang disebut pertama dapat menular kemanusia, sedangkan yang kedua tidak dapat menular ke manusia. Pada kucing, penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei var. felis. Terkadang antara scabies dan demodicosis sulit dibedakan hanya dengan melihat secara sekilas, tetapi melalui pemeriksaan laboratorik menggunakan mikroskop, kedua penyakit tersebut dengan mudah dapat dibedakan. Ada pula scabies yang asli dari manusia, yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis.
Bagaimana Orang Tertular?
Umumnya, orang tertular kudis anjing atau kucing lewat kontak langsung, misalnya karena memegang anjing atau kucing tertular penyakit ini, atau dapat pula lewat kontak tidak langsung melalui alat-alat seperti kandang, sikat, atau alat lain yang dipakai oleh anjing tertular scabies.
Kepekaan orang terhadap penularan scabies tidak sama. Ada yang mudah terasa gatal-gatal, namun ada pula yang tidak merasakan apa-apa. Akibat dari reaksi menggaruk, sebagian kulit anjing atau kucing akan terkelupas. Kulit yang terkelupas tersebut dapat terbawa penyebab scabies yang sewaktu-waktu dapat menular ke manusia.
Di luar tubuh hewan, parasit penyebab scabies dapat hidup dalam jangka waktu relatif lama, tergantung pada suhu, kelembaban, pengaruh sinar matahari secara langsung, dsb.
Apa Pengaruh (Scabies) pada Manusia?
Orang yang tertular scabies akan merasa gatal-gatal yang terjadi sekitar 24 jam setalah kontak dengan penyebab scabies. Terkadang ditemukan bintik-bintik merah pada kulit yang diserang parasit tersebut. Rasa gatal tersebut akan makin jelas pada malam hari, misalnya ketika penderita ada di atas tempat tidur. Suhu yang hangat merangsang penyebab scabies menjadi aktif dan menimbulkan kegatalan lebih hebat.
Individu yang peka dapat terjadi reaksi alergi yang ditandai dengan kemerah-merahan kulit yang lebih luas disertai rasa gatal dan bagian kulit sedikit terangkat. Perubahan pada kulit dapat berlangsung selama 12-14 hari, sehingga orang yang terserang parasit penyebab scabies sangat terganggu. Kejadian ini dapat berlangsung lebih lama apabila terjadi penularan lagi dari hewan atau peralatan yang tercemar penyebab penyakit.
Apa Pengaruh (Scabies) pada Anjing dan Kucing?
Rasa gatal yang ditunjukkan dengan gejala sering menggaruk-garuk bagian tertentu dari anjing atau kucing patut dicurigai sebagai kemungkinan serangan scabies. Pada tahap yang lebih lanjut, kutu pada bagian tertentu, terutama pada pinggir daun telinga kiri dan kanan anjing ataupun kucing akan terlihat gundul. Kegundulan dapat pula terjadi di sekeliling mata sehingga seolah-olah kucing atau anjing tersebut memakai “kaca mata”. Daerah yang gundul ini sering digaruk menggunakan kaki belakang atau kaki depan.
Kejadian scabies pada anjing dan kucing di Indonesia relative cukup tinggi. Faktor yang memperburuk kondisi penyakit adalah bulu yang kotor dan kondisi gizi yang buruk. Pada hewan muda, kesembuhan penyakit lebih mudah dan lebih cepat daripada pada hewan tua. Oleh karena itu, pemilik hewan kesayangan, baik anjing maupun kucing perlu memperhatikan kebersihan dari hewan kesayangan tersebut agar terhindar dari penyakit yang menjengkelkan ini.
Bagaimana Mencegah Penyakit Scabies pada Anjing dan Kucing?
Para pemilik anjing atau kucing kesayangan jangan pernah membiarkan merka bermain dengan anjing atau kucing yang tertular scabies, karena penyakit ini amat mudah menular antar hewan. Iklim tropic seperti di Indonesia memang sangat mendukung kehidupan parasit, termasuk Sarcoptes scaciei var. canis atau felis.
Kebersihan tubuh hewan kesayangan juga memegang peranan penting dalam penularan kudis. Anjing atau kucing kesayangan harus dimandikan secara teratur untuk memberikan rasa bersih pada anjing atau kucing sekaligus untuk membersihkan dari berbagai debu dan kotoran yang mungkin membawa penyebab kudis. Namun, hal ini tidak berarti bahwa anjing atau kucing yang sering dimandikan akan terbebas dari kudis. Kudis dapat pula menimpa anjing atau kucing yang tampak bersih sekalipun, meskipun kemungkinan tertular lebih besar pada anjing atau kucing yang kotor.
Kandang anjing atau kucing yang pernah ditempati oleh anjing atau kucing tertular scabies harus dibersihkan menggunakan air panas, sabun, atau bahan pembersih lainnya, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari.
Bagaimana Menghindari Penularan Penyakit Scabies pada Anjing dan Kucing?
Apabila kita melihat anjing atau kucing menggaruk-garuk tubuhnya, kemudian ditemukan kerontokan bulu pada bagian tertentu tubuh hewan tersebut, janganlah dipegang-pegang atau dibelai-belai atau digendong. Anjing atau kucing demikian sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan untuk mendapatkan diagnosisi yang tepat, agar memperoleh pengobatan, sehingga penyakit tersebut tidak meluas. Makin cepat anjing atau kucing kita mendapatkan pengobatan, makin cepat pula mereka sembuh. Jangan tunggu terlalu lama, karena akibat dari garuka anjing atau kucing dapat menimbulkan lecet-lecet dan kemudian bakteri akan ikut masuk ke dalam tubuh hewan tersebut, sehingga penyakit makin parah. Anjing jalanan yang terdapat scabies dan tidak mendapatkan perawatan atau pengobatan ini sangat mengganggu pemandangan, lebih-lebih apabila kejadian ini ditemukan di daerah tuyjuan wisatawan mancanegara. Untunglah, pada saat ini di Bali misalnya, muncul beberapa yayasan nirlaba yang berupaya menangani anjing jalanan, termasuk diantaranya mengobati anjing berpenytakit kulit yang ditemukan di jalanan.
Soeharsono, drh, PhD, 2007. Penyakit Zoonotik pada Anjing dan Kucing. Hal 79-83. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Adakah Obat Alami untuk Penyakit Scabies?
Jamu K&J, insektisida dan fungisida alami, tanpa bahan kimia, yang secara efektif menyembuhkan infeksi kulit, termasuk kudis (scabies) serta demodex. Cara penggunaannya sangat praktis, dengan menyeduh air panas seperti layaknya membuat teh celup, setelah dingin, dapat dibilaskan terakhir setelah dimandikan, dibiarkan beberapa menit supaya terserap dalam tubuh serta terjilat oleh anjing atau kucing (cara praktis meminumkan jamu). Kemudian dikeringkan seperti biasa (gunakan hair drier bila diperlukan).
Perawatan hariannya, jamu disemprotkan ke tubuh anjing atau kucing serta di kandang dan lingkungan sekitar. Pastikan setiap hari anjing atau kucing peliharaan berbadan dan berkandang bersih serta tidak lembab. Selama perawatan, pakan yang diberikan sebaiknya berprotein rendah, sehingga tidak merangsang allergen (bahan yang menimbulkan alergi).
Dalam beberapa hari ke depan, anjing atau kucing akan sembuh dan kembali sehat dari penyakit kulit scabies ataupun demodex.